Contoh Cerpen Bahasa Indonesia Untuk Kelas XI

Keinginan Terakhir Itu Ternyata Sebuah Janji

“Hewan di  musim panas memang benar buas.” Gumamnya di pagi hari yang panas ini. Entah apa yang terjadi padanya. Ia merasa ada hal aneh yang terjadi padanya. Apakah ini hanya halusinasi atau Ia belum benar-benar terbangun dari mimpi-mimpi masa kecilnya.
Seperti biasa, Ia jalani pagi di hari libur dengan bermain game dan membaca komik. Cukup membosankan, tetapi hanya kegiatan itu yang dapat menghiburnya. “Sebenarnya apa ini?” Ia berfikir sambil terus mencoba untuk percaya ini hanya mimpi. “Apakah benar ini kau?” bisiknya dalam hati. Banyak keraguan yang harus Ia percaya tapi sulit. Dan saat Ia mulai untuk percaya ini bukanlah mimpi, ternyata tak ada yang melihat. Apa ini sebuah hukuman buatnya atau ini hanya sekedar halusinasi akibat trauma pada kejadian di musim panas dulu.
Galang Gibran namnya dan kerap disapa Gal. Usianya 16 tahun. Ia hanya hidup berdua dengan ayahnya. Ibunya sudah tiada sejak Ia masih berada di sekolah dasar. Dahulu Ia memiliki “geng kecil” yang  berisikan 6 anak-anak lugu dan sangat suka mencari tahu. Dulu Ia terkenal sebagai anak yang riang, licah, lucu dan gigih tetapi kini sudah berbeda. Semenjak semua kawan-kawannya dan Ia sendiri beranjak dewasa, kesenangan masa kecil mereka pun memudar apalagi setelah kepergian Misa. Hari-harinya dipenuhi dengan kebosanan dan bahkan sampai menyebabkan Gal malas untuk bersekolah. Kegiatan Gal sehari-harinya hanya tidur, bermain game, membaca komik, dan menyiapkan makanan untuk dirinya dan ayahnya.
Suatu pagi saat Gal terbangun dari kasur empuknya, tiba-tiba Ia melihat sosok wanita sedang duduk memunggunginya. Rambutnya terurai panjang dengan mengenakan pakaian dan pita yang tak asing di matanya. Gal merasa tahu sosok yang sedang duduk di kamarnya itu tetapi, Ia tak yakin untuk memanggil nama wanita itu. Saat Gal masih mencoba untuk berfikir jernih, tiba-tiba wanita itu berbalik. Tanpa di sangka-sangka, wanita itu langsung berteriak sambil memanggil nama Gal.
“Gal!! Benar itu kau? Ah aku tak mungkin salah, itu benar kau. Gal aku benar-benar merindukanmu!” kata wanita itu.
Betapa terkejutnya Gal setelah mengetahui tebakannya benar. Seperti mimpi di siang bolong rasanya. Wanita itu adalah Misa, teman masa kecilnya yang sudah tiada 3 tahun lalu tetapi kini Ia muncul dengan vesri dewasanya. Gal hanya terdiam saat Misa memeluk Gal sambil berceloteh hal-hal aneh seperti biasanya saat mereka masih anak-anak. Banyak hal yang Gal pikirkan dan ingin Ia tanyakan. Tetapi lidahnya terasa kelu. Di saat yang sama, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan suara wanita memanggil Gal dari arah teras rumah. Suara itu tidak asing bagi Gal dan Misa. Misa langsung berlari ke arah pintu. Saat Gal membuka pintu ternyata sudah berdiri sosok salah satu sahabat masa kecilnya, Rani namanya. Ia datang sambil membawa setumpuk tugas-tugas yang harus Gal selesaikan selama liburan. Dan parahnya lagi, waktu liburan tersisa dua hari lagi. Tanpa ada aba-aba apapun, Misa langsung berbicara pada Rani tetapi anehnya, Rani seperti tidak mendengar apalagi melihat sosok Misa di hadapannya yang sedang berbicara. Gal pun berpura-pura biasa saja dan tidak melihat apa-apa.
“Menagapa tak kau buang saja. Kau tau kan kalau aku tidak tertarik degan hal-hal seperti ini Ran.” Kata Gal sedikit kesal.
“Aku hanya melaksanakan tugasku, sisanya terserahmu dan aku tidak peduli. Bukan aku peduli padamu tetapi, coba berkaca dan lihat dirimu!” Jawab Rani sambil melemparkan tumpukan tugas itu ke hadapan Gal. Gal hanya terdiam melihat Rani berlalu meninggalkannya dengan tumpukan tugas-tugas ini. Ya walaupun dulunya Rani dan Gal adalah sahabat yang sangat akrab tetapi kini mereka sangat menjaga jarak, bahkan mereka sangat jarang bertemu.
            Melihat tingkah kedua temannya yang tak akur, Misa pun langsung memukul Gal karena yang dapat berbicara dan melihatnya hanya Gal.
“Mengapa kalian begitu? Kita kan teman, jangan bertengakar gitu dong.” Kata Misa sambil sedikit sedih.
Gal berusaha tidak menghiraukan Misa dan menganggap Misa hanya halusinasinya saja. Sambil Gal terus melanjutkan kegiatan sehari-harinya, Misa terus mengikutinya sambil memberikan ceramah tentang kejadian tadi. Misa seperti terus berusaha membuat Gal mau meminta maaf pada Rani karena kata-katanya yang kurang baik tadi. Tetapi Gal seperti terus lari dari kenyataan. Kenyataan bahwa Misa benar-benar ada dan sedang berbicara padanya.
Pagi itu memang pagi yang sial menurut Gal. Sudah mendapat masalah dengan halusinasinya yang terlalu nyata dan mendapat PR yang luar biasa banyak, ditambah lagi mendengar kata sindiran dari Rani. Karena sudah lelah untuk pura-pura tidak mendengar apapun, Gal akhirnya mau merespon Misa. Sorenya saat Gal akan pergi ke swalayan, Misa memaksa untuk ikut. Dan akhirnya Gal mengijinkan Misa mengikutinya. Sepanjang jalan, Misa terlihat sangat senang. Penuh senyuman di wajahnya bahkan Ia sempat berbicara sesuatu pada bunga di pinggir jalan dan kembali tersenyum. Gal sangat senang melihat Misa yang bahagia. Tetapi hal itu membuat Gal teringat tragedi yang terjadi 3 tahun lalu di hadapannya. Tragedi dimana Misa harus meregang nyawa akibat terpelset dan jatuh ke sungai. Gal benar-benar merasa bersalah karena Ia tidak bisa menolong Misa saat itu.
“Apakah ini hukuman buatku? Samapai KAU membuat halusinasi yang begitu nyata tentang Misa.” Pikir Gal selama perjalanan menuju swalayan. Setelah selesai berbelanja, Gal dan Misa pun berjalan pulang. Saat perjalanan pulang, tanpa memperhatikan lampu lalu lintas Misa langsung menyebrang jalan. Tanpa basa-basi lagi Gal langsung menarik Misa dan melempar semua benjaannya tanpa peduli sekitar. Gal tidak ingin merasa bersalah untuk kedua kalinya dan Ia tak ingin kehilangan lagi. Setelah menarik Misa, Gal terjatuh dan Ia menimpa seorang pria yang ada di belakangnya. Saat Gal berusaha bangun, ternyata ada dua orang yang tak asing di masa kecilnya sedang berdiri sambil memandangi Gal. Gal langsung berdiri sambil merapikan pakaiannya. Sedangkan Misa terlihat sangat senang karena bisa bertemu dengan Rian dan Siskandari. Melihat Misa yang senang, Gal pun berusaha untuk tidak membuat Misa kecewa jika Ia terlihat cuek kepada teman masa kecilnya seperti tadi pagi. Gal berusaha mencari topik untuk menyapa Rian dan Siskandari sibuk memunguti belanjaan Gal yang berserakan di trotoar.
“Ha.. Hay Rian. Apa kau masih mengingatku? Hahaha.” Basa-basi yang coba Gal lontarkan agar Ia terlihat tidak cuek.
“Yeah tentu saja aku mengingatmu. Kau kan anak yang berlebihan dan suka melebi-lebihkan itu. Dan aku dengar kau bersekolah di SMA negeri kan? Tetapi kau tidak pernah sekolah.” Jawab rian angkuh.
Melihat kejadian itu, Misa terlihat kesal dan sempat mengomeli Rian. tetapi apa daya, tak ada yang bisa melihat dan mendengarnya selain Gal. Siskandari hanya terdiam dan terlihat tak acuh. Setelah Siskandari meberikan kantong kresek yang berisi belanjaan Gal, Ia pun pergi bersama Rian. Gal pun ikut pergi meninggalkan Misa yang kebingungan dengan perubahan sifat teman-temannya yang menjadi tak peduli satu sama lain. Sesampainya di rumah, Gal langsung tidur dan berharap besok pagi halusinasinya menghilang.
Keesokan paginya, Gal kira halusinasi gila ini sudah menghilang. Tetapi tidak. Misa ada di hadapannya sambil memaksanya untuk bangun dan mengerjakan tugas yang diberikan Rani kemarin. Entah kenapa rasanya Gal sangat sulit menolak apa yang diperintahkan Misa padanya. Sambil menahan rasa kantuk, Gal akhirnya mengerjakan tugas-tugas itu. Ia mengerjakannya dari pagi hingga malam sehingga ayahnya lah yang memasak dan menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Setelah makan malam, Gal melanjutkan pekerjaannya dan tak sengaja teridur.lalu dengan sekuat tenaga, Misa mencoba untuk memindahkan Gal ke kamarnya. Tak ada keluhan yang keluar dari mulut Misa. Begitulah dia, sejak masih anak-anak Ia memang yang paling ceria dan periang. Sangat jarang melihatnya mengeluh apalagi sampai menangis. Di wajahnya penuh dengan senyuman dan kebahagiaan bahkan sampai Ia sudah tiada. Dan kini Ia muncul lagi di hidupku.
Setelah hari demi hari berlalu, Gal memberanikan diri untuk bertanya kenapa Misa bisa berada disini. Dengan polosnya Misa menjawab “Mungkin karena ada keinginanku yang belum tersampaikan, makanya aku kembali lagi.. hahaha”. Gal hanya terdiam dengan pikirannya yang penung dengan misteri. Akhirnya setelah dipiki-pikir sepertinya Misa selalu tampak bahagia jika bertemu dengan teman-teman lamanya. Dan Gal pun berusaha mencari dan mengumpulkan ke empat sahabat masa kecilnya bersama Misa dulu. Setelah bisa menghubungi Rian, Siskandari dan Rani. Gal mengajak mereka esok sore untuk bertemu di taman dan ingin membicarakan sesuatu yang tak masuk akal. Dan mereka pun setuju. Tetapi Gal melupakan salah satu temannya. Dodi namanya. Ia adalah traveler, sehingga sangat susah untuk menghubunginya dan menemuinya. Setelah putus asa, Gal pun pergi menuju rumah pohon yang dulu menjadi basecamp ke enam sahabat ini. Betapa terkejut dan senangnya Gal karena Ia menemukan Dodi disana. Gal langsung berteriak dan memeluk Dodi. Tetapi Dodi terlihat sperti tak mengenali Gal. Setelah Gal menyebutkan namanya, Dodi langsung ikut berteriak kegirangan karena bisa bertemu Gal. setelah itu Gal menceritakan semuanya kepada Dodi, dan Dodi pun setuju dengan rencana Gal.
Keesokan sorenya sperti janji, mereka bertemu di taman. Disana sudah terlihat Rian dan Siskandari. Gal dan Dodi langsung menuju ke kursi taman dan di saat bersamaan Rani muncul. Akhirnya Gal menceritakan semua kejadian aneh yang dia alami selama liburan. Semua percaya dan setuju dengan rencana Gal yang akan mengabulkan permintaan terakhir Misa yang belum terealisasikan dulu. Tetapi berbeda dengan Rian, Ia terlihat tak percaya dan tidak setuju dengan rencana Gal dan langsung pergi meinggalkan Gal dan kawan-kawan lainnya. Dodi pun kesal pada Rian dan mengatakan, tanpa Rian pun kita bisa menenangkan Misa. Akhirnya mereka setuju dengan kata-kata Dodi. Sebenarnya di antara mereka berlima, yang benar-benar percaya Misa masih ada hanya Gal dan Dodi. Sisanya hanya tak ingin membuat Gal kecewa dan hanya ikut-ikutan saja.
Keesokan paginya mereka berencana mebuat kembang api raksasa dan harus sudah selesai dalam dua hari. Akhirnya salah satu dari mereka ada yang mencari donatur untuk dana mebuatan kembanga api raksasa ini, ada yang mencari alat dan bahan, ada yang mencari informasi pembuat-pembuat kembang api terdekat. Mereka sangat gigih dan semnagat mengerjakan kembang api ini tetapi di antara mereka belum ada saling kepercayaan. Dua hari kemudian, kembang apinya selesai dibuat dan siap diluncurkan. Gal pun mengajak Misa ke lapangan di belakang sekolah, tetapi Ia tidak memberitahukan tentang kembang api itu. Setelah semuanya sudah berada di posisi masing-masing. Penutup mata Misa pun dibuka. Misa terlihat sangat senang. Sambil memandangi kembang api raksasa itu, Misa lari mengelilingi kembang api itu sambil terus memuji-muji kawan-kawannya yang sangat baik hati dan sayang kepada Misa. Semua yang dikatakan dan yang Misa lakukan selalu Gal katakan kepada teman-temannya. Hanya Dodi yang terlihat benar-benar senang karena kata Gal, Misa terlihat bahagia sambil berlari kesana kemari. Sedangkan Rani dan Siskandari hanya mengiyakan kata Gal tanpa percaya penuh dengan apa yang hanya bisa dilihat oleh Gal.
Akhirnya kembang apipun diluncurkan dan mereka semua memejamkan mata dan berharap Misa dapat kemabali ke alamnya dengan tenang dan bahagia. Tetapi saat mereka akan membuka matanya, terdengar suara teriakan Misa “Woaaahhh keren!”. Tak hanya Gal yang mendengarnya. Semua bisa mendengar suara itu tetapi yang bisa melihat Misa hanya Gal. dan akhirnya semua percaya bahwa Misa benar-benar kembali. Mereka merasa bingung, semestinya mereka tidak senang karena Misa belum bisa kembali ke alamnya. Tetapi ada perasaan senang karena Misa tidak jadi meninggalkan mereka untuk kedua kalianya. Mereka ingin meminta maaf pada Misa karena mereka tidak dapat menolongnya saat Ia terjatuh dulu. Suasana sore itupun menjadi penuh dengan air mata. Semua merasa bersalah pada Misa karena dulu tidak bisa membantunya dan kini saat Misa meminta tolong untuk mengabulkan keinginannya yang terakhir pun mereka tak sanggup. Di bawah bulan purnama yang terang, terdapat banyak air mata yang menggenangi tempat mereka berpijak.
Gal pun ikut menangis karena Ia dulu tak sempat meraih tangan Misa hingga Misa terjatuh tepat di hadapannya. Dan kini saat Misa meminta tolong padanya, Ia tak dengan ikhlas melaksanakan keinginan Misa karena Ia tak ingin kehilangan Misa untuk kedua kalinya. Gal benar-benar merasa bersalah dan hanyut dalam kenangan dan tangisan. Sambil menahan tangis, Dodi berlari menuju rumah Rian dan menceritakan semuanya yang terjadi pada Rian. Tanpa pikir panjang, Rian pun langsung menuju lapangan dan melihat teman-temannya yang sedang menangis sambil menyalahkan diri masing-masing. Akhirnya disana Rian yang terkenal sangat menjaga kharismanya ikut mennagis karena mengingat Misa. Sahabatnya yang meninggal saat masih kecil. rian ikut menyalahkan dirinya. Seandainya Ia mencegah Misa mengejar Gal saat itu, mungkin Misa masih bisa bersama mereka sampai kini. Akhirnya saat mereka semua mengingat kenangan indah bersama Misa dulu, mereka bisa tersenyum dan tertawa. Mereka akhirnya kembali akrab seperti dulu. Setelah cukup lama bercerita tentang kenangan dulu, Gal ijin untuk pulang lebih dulu karena Ia khawatir pada Misa.
Ketika sampai di rumah, Gal melihat Misa sudah tergeletak di lantai. Gal langsun mengangkat tubuh dan kepala Misa sambil bertanya apa yang terjadi padanya. Tetap saja Misa menjawab dnegan senyuman itu sambil mengatakan Ia tidak apa-apa. Dengan rasa takut kehilangan Misa untuk kedua kalinya, Gal berlari sambil menggendong Misa di punggungnya menyusuri jalan untuk menemukan teman-temannya. Di sepanjang perjalanan, Misa masih saja menceritakan hal-hal lucu yang membuat Gal tersenyum tetapi tidak lama. Dan pada akhirnya Misa mengatakan bahwa dia ingat apa keinginan terakhirnya. Gal langsung berhenti dan bertanya lebih tegas tentang keinginan terakhir Misa.
“Keinginan terakhirku adalah membuat Gal menangis. Dulu sebelum ibunya Gal meninggal, Ia bilang kepadaku kalau Gal sangat jarang menangis. Gal hanya memendam semuanya sendiri tanpa mau bercerita kepada siapa-siapa. Makanya aku berjanji pada ibunya Gal kalau aku pasti bisa membuat Gal menangis. Tetapi ternyata sebelum aku bisa menepati janjiku, aku sudah meninggal. Dan sekarang Gal sudah menangis, jadi aku bisa tenang sekarang. Tetapi sebenarnya aku tidak suka melihat Gal menangis.” kata Misa sambil tersenyum pada Gal.
Mendengar apa yang dikatakan Misa membuat Gal benar-benar ingin berteriak dan menangis sekencang-kencangnya. Hanya karena janjinya pada ibu Gal, sampai Ia harus muncul kembali ke hidup Gal. Gal benar-benar merasa bersalah pada Misa, maka dari itu sebelum Misa pergi Gal ingin mempertemukan Misa dengan teman-teman yang lainnya. Gal pun berlari tanpa menggunakan alas kaki sambil menggendong Misa di punggungnya. Sesampainya di rumah pohon, Dodi dan Rani terkejut melihat Gal yang sudah benar-benar kacau.
            Dan saat Gal ingin meminta Misa untuk turun dari punggungnya agar Misa bisa mengucapkan selamat tinggal, Misa pun menghilang dari penghliatan Gal. Gal berteriak sambil terus mencari Misa. Dan teman-teman yang lainnya pun ikut memanggil-manggil Misa. Misa masih dapat melihat mereka semua. Hanya saja, Gal sudah tidak dapat melihat Misa lagi. Sambil menahan tangis, Misa berkata “Aku sedang bermain petak umpet, jadi temukan aku kawan-kawa.. hehe”. Setelah mendengar suara itu, mereka berlima langsung berlari ke arah yang acak sambil terus memanggil-manggil nama Misa. Mereka terus mencari sampai tak sadar fajar telah menyingsing. Cahaya matahari mulai menerangi bukit di sekitar rumah pohon. Dan saat mereka berlima sudah kehabisan akal dan mulai kelelahan, mereka melihat sesosok anak yang tak asing duduk di balik pohon di hadapan mereka.
“Misa!!!” teriak mereka bersamaan.
Misa pun berbalik dan tersenyum sambil berkata “kawan-kawan.. kalian melihatku? Aku mohon kalian tetap akur walau tanpa aku, karena kalian adalah sahabat. Aku sangat bahagia bisa meliat kalian bersama lagi. Terima kasih kawan-kawan, kalian memang yang terbaik. Sebaiknya kita selesaikan petak umpet ini yaa.. hehe”
            Mereka semua menangis tetapi hati mereka lega karena disaat-saat terakhir Misa, mereka dapat melihat Misa dengan senyuman manis di bibirnya. Dan mereka pun menyetujui apa yang misa katakan. Mereka berfikir mereka bertemu untuk berpisah dan perpisahan adalah awal dari pertemuan yang mengharukan. Jadi perpisahan kedua bersama Misa ini adalah awal dimana pertemuan yang indah sedang Tuhan rencanakan.
“Misa.. kamu ketemu!” kata mereka bersamaan dengan senyuman manis dan air mata haru.
“yah.. aku kalah.. hehe” jawab Misa sebelum cahaya matahari memudarkan sedikit demi sedikit tubuh Misa. Dan Misa masih tetap tersenyum.

            Ternyata keinginan itu adalah sebuah janji. Karena janji itu harus ditepati bahkan dapat menyatukan sesuatu yang sudah mulai merenggang akibat waktu. Dan dapat diartikan bahwa perpisahan itu adalah awal dari pertemuan dan pertemuan pasti akan terjadi perpisahan. Maka tepatilah janji sebelum pertemuan berakhir menjadi perpisahan.

Comments

  1. woww sekarang tanggal 30 mei 2022 dan saat aku membaca cerita ini, teringat semua kenangan dulu dann yaaa aku senang sudah membuat cerita ini duluu <3

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bahasa Indonesia Kelas XII: Contoh Teks Cerita Sejarah Lengkap Beserta Struktur Teksnya "LEGENDA BATU MENANGIS"

Contoh Ceramah Bahasa Indonesia Mengenai Pentingnya Tertib Berlalu Lintas untuk kelas XI

Contoh Teks Hasil Observasi: Tenun Khas Jembrana